Followers

Nuffnang

Monday, 19 December 2011

Belajar dari Kematian


Kuburan adalah pintu dan semua manusia akan memasukinya. Itulah rumah di masa depan kita. Rumah itu adalah rumah kenikmatan jika kita di dunia berbuat dengan yang apa diredhai Allah, namun bila menyelisihinya, azab adalah tempat tinggalnya. 

Keduanya adalah tempat kembali. Tidak ada manusia yang tinggal selain di kedua tempat tersebut, maka sudahkah kita memutuskan, rumah manakah yang kita pilih?

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qur’an Al Mulk : 2)

Teladan Dalam Kematian

 
Sahlah binti Mulhan, menikah dengan Abu Thalhah dan Allah menganugerakan kepada mereka seorang anak. Mereka memberi nama anak ini dengan nama Umair. Suatu hari anak tersebut sakit teruk. Sebelum Abu Thalhah berangkat bekerja, dia mencium anaknya. 


Tidak berapa lama kemudian Allah Yang Maha Kuasa pun memanggilnya. Marilah kita melihat apa yang dilakukan Sayyidah Sahlah r.a. ketika kematian telah menjemput anaknya. 

Apakah dia merobek-robek pakaiannya, apakah dia menampar pipinya? Apakah dia menyeru dengan seruan jahiliyah? Tidak, namun yang dia katakan adalah innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita semuanya milik Allah, dan kita semua akan kembali kepadanya), tidak ada tempat lari dari pertemuan kepada Allah).

Sahlah kemudian memandikan jasad anaknya, mengafani, dan menyolatkannya, setelah itu mengkuburkannya. Lalu, pada malam harinya suaminya pulang dari bekerja. Dia lalu mempersiapkan dirinya dan makanan untuk suaminya. Suaminya pun menikmati makanan yang dihidangkannya dan malam itupun berkumpul suami isteri. 


Lalu ia bertanya, "bagaimanakah keadaan Umair, wahai isteriku?" 

Perkataan yang sungguh menakjubkan, namun jawapan yang diberikan Sahlah jauh lebih menakjubkan. "Bagaimana keadaaannya?" Maka bagaimanakah jawapan yang diberikan sahabat yang telah mengikat tangan Rasulullah s.a.w. ini? 

Dia berkata, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Umair tengah menikmati malam harinya, dia tidak merasakah lelah, dia tengah tidur dengan tenang."

Ketika Abu Thalhah hendak berangkat salat fajar ke masjid, dia bertanya kepada isterinya, "Di manakah Umair? Saya hendak menciumnya." Maka apakah jawapan yang diberikan Sahlah, apakah ia akan berdusta?

Sungguh mereka tidak mengenal perkataan dusta dan bohong. Rasulullah telah mendidik mereka. 


Dia menjawab, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya saya dalam kesedihan."

Abu Thalhah bertanya, "Mengapa?"

Dia menjawab, "Tetangga telah meminjamkan sesuatu kepadaku, tetapi dia kemudian mengambilnya kembali." 

Abu Talhah berkata, "Apakah engkau akan sedih bila mereka mengambil titipanya?" 

Maka berkatalah Sahlah, "Apakah engkau akan sedih wahai Abu Thalhah bila Allah mengambil titipan-Nya dari kita?"

Maka saat itu tidak terdengar dari lisan Abu Thalhah, melainkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun. Dia kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan salat fajar berjamaah bersama Rasulullah saw. Usai
salat, dia menceritakan ucapan isterinya kepada Rasulullah. 

Maka, nampaklah senyum keredhaan dari kedua bibir baginda, atas apa yang telah diperbuat Sahlah r.a., lalu baginda mendoakan Abu Thalhah. Doa yang membuka pintu langit yang tinggi. "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua wahai Aba Thalhah"

Belajar dari Kematian
 

Bilal bin Rabah tatkala berada dalam sakaratul maut, isterinya berkata, "Alangkah sedihnya." Bilal kemudian membuka matanya dan berkata, "Katakanlah, 'Alangkah gembiranya saya akan berjumpa dengan para kekasihku, muhammad dan para sahabatnya'."

Tatkala Ibrahim a.s. tengah tidur di atas kasur kematiannya, datanglah malaikat pencabut nyawa. Ibrahim lalu berkata kepadanya, "Engkau datang ataukah akan menyabut nyawa wahai malaikat maut?" Malaikat maut menjawab, "Saya datang untuk mencabut nyawamu wahai kekasih Ar-Rahman." Maka, berkatalah Ibrahim, "Wahai malaikat maut, apa pendapatmu tentang seorang kekasih yang mematikan kekasihnya?"

Maka, Allah mewahyukan jawapan kepada malaikat maut. Berkatalah malaikat maut, "Wahai kekasih Ar-Rahman, As-Salam (Allah) membacakan salam kepadamu dan berkata kepadamu, 'Apakah pendapatmu tentang seorang kekasih yang enggan bertemu dengan kekasihnya?'

Allah berfirman yang artinya, 'Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu daripadanya'." (Q.S. Qaf: 19).
 
Wallahu’alam. 

Sumber: 
http://www.alimmahdi.com

No comments:

Post a Comment